KEBUDAYAAN INDONESIA
DISUSUN OLEH :
KOMANG ADITYA WAR ANDIKA
NIM : 120030222
PROGRAM STUDI SISTEM
INFORMASI
STIKOM BALI
201
|
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulisan makalah ini disamping
sebagai pemaparan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa juga
merupakan sarana bagi mahasiswa untuk melatih diri membuat tulisan-tulisan
dalam bentuk makalah. Adapun makalah ini berisi pembahasan tentang Kebudayaan
Indonesia. Sehingga diharapkan
mahasiswa dapat memahami tentang hal tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengarapkan sumbansih
pikiran baik berupa saran maupan kritikan yang membangun demi penyempurnaan
tulisan yang akan datang Tentunya melalui kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis,
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan masalah
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kebudayaan
2.2
Unsur-unsur Kebudayaan Indonesia
2.3
Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan Indonesia
2.4
Macam-macam Kebudayaan Indonesia
2.5
Wujud Kebudayaan Indonesia
2.6
Upaya Pelestarian Kebudayaan Indonesia
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini
telah banyak pengalaman yang diperoleh
bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam negara
Republik Indonesia ,
pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.
Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima tahun terakhir, telah
terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi (tanpa platform yang jelas)
yang menimbulkan berbagai ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan
bernegara (governance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan
dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah
berawal tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran-pelanggaran moral dan etika,
tentu pula tak terkecuali pelanggaran hukum dan meningkatnya kriminalitas. Di
kala hal ini berkepanjangan dan tidak jelas
kapan saatnya krisis ini akan berakhir, para pengamat hanya bisa
mengatakan bahwa bangsa kita adalah “bangsa yang sedang sakit”, suatu
kesimpulan yang tidak pula menawarkan solusi.
Timbul
pertanyaan: mengapa bangsa kita dicemooh oleh bangsa lain? Mengapa pula ada
sejumlah orang Indonesia
yang tanpa canggung dan tanpa merasa risi dengan mudah berkata, “Saya malu
menjadi orang Indonesia ” dan
bukannya secara Negara menantang dan mengatakan, “Saya siap untuk mengangkat Indonesia
dari keterpurukan ini”? Mengapa pula wakil-wakil rakyat dan para pemimpin
malahan saling tuding sehingga menjadi bahan olok-olok orang banyak? Mengapa
pula banyak orang, termasuk kaum intelektual, kemudian menganggap Pancasila
harus “disingkirkan” sebagai dasar Negara? Kaum intelektual yang sama di masa
lalu adalah penatar gigih, bahkan “manggala” dalam pelaksanaan Penataran P-4.
Pancasila adalah “asas bersama” bagi bangsa ini (bukan “asas tunggal”). Di
samping itu, makin banyak orang yang kecewa berat terhadap, bahkan menolak,
perubahan UUD 1945 (lebih dari sekedar amandemen) sehingga
perannya sebagai pedoman dan acuan kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat diibaratkan sebagai menjadi lumpuh.
Perjalanan
panjang Negara enam dasawarsa kemerdekaan Indonesia telah memberikan banyak
pengalaman kepada warganegara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Nation
and character building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional belum
dilandasi oleh suatu strategi budaya yang nyata (padahal ini merupakan konsekuensi dari dicetuskannya Proklamasi
Kemerdekaan sebagai “de hoogste politieke beslissing” dan diterimanya Pancasila
sebagai dasar Negara dan UUD 1945 sebagai dasar Negara)
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini
bagaimana perkembangan budaya bangsa Indonesia dan eksistensinya dalam
kehidupan bangsa yang pluralistik.
1.3
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan budaya
bangsa Indonesia
dan eksistensinya dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.
1.4
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai patokan bagi
masyarakat untuk tetap mengembangkan dan mempertahankan budaya bangsa dalam
proses globalisasi budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
KEBUDAYAAN
Kebudayaan
didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian,
kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian
model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara
selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku
dan tindakan-tindakannya.
Sebagai
pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia
dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia).
Sebagai satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai,
norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan
dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta berisi
serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai berbagai tindakan
dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam menghadapi
suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam. Jadi nilai-nilai tersebut dalam
penggunaannya adalah selektif sesuai dengan lingkungan yang dihadapi oleh
pendukungnya.
Dari
berbagai sisi, kebudayaan dapat dipdang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan
adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai
kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan
yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah pedoman menyeluruh yang mendalam
dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan; (4) Sebagai pedoman
bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena
kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang
dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan.
Sebagai
pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep,
dan petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan
merangkai hasil pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan
tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan
sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan
hidup. Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan
adalah sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
2.2 UNSUR-UNSUR
KEBUDAYAAN INDONESIA
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa masalah
lain yang menyangkut kebudayaan antara lain unsur kebudayaan. Unsur kebudayan
dalam kamus besar Indonesia
berarti bagian dari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi
tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebudayan disini lebih mengandung makna
totalitas dari pada sekedar perjumlahan usur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Unsur kebudayaan terdiri atas :
1.
System regili dan upacaru
keagamaan merupakan produk manusia sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai
kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar
yang dapat “menghitam-putikan” kehidupannya.
2. System organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia
sebagia homosocius.manusia sadar bahwa tubuh nay lemah.namun, dengan akalnya
manusia membuat kekuatan dengan menyusun organisasikemasyarakatan yang
merupakan tempat berkerja sama untuk mencapai tujuan baersama,yaitu meningatkan
kesejahtraan hidupnya.
3.
System mata pencarian yang
merupakan produk dari manusia sebagai homoeconomicus manjadikan tinkat
kehudupan manusia secara umum terus meningkat.contoh bercocok tanam, kemudian
berternak ,lalu mengusahakan kerjinan, dan berdagang.
2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN
INDONESIA
Bebera faktor yang mempengaruhi kebudayaan secara garis besar
adalah : a) factor kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) factor
lingkungan fisik lokasi geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok
masyarakat; b) faktor induk bangsa ada dua pandangan berbeda mengenai faktor
induk bangsa ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat
berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat
mempunyai pengaru terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan barat
umumnya tingkat cauca soit dianggap lebih tinggi dari pada bangsa lain,yaitu
mingloid dan negroid. Sedangkan pandangan timur berpendapat bahwa peran ihnduk
bukan sebagai factor yang lebih dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa
barat masih “ tidur dalam kegelapan . hal itu lebih jelas ketika dalam abad xx,
bangsa jepang yang dapat diikatakan lebih rendah daripada bangsa barat dan c)
fakto saling kontak antar bangsa. Hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat
sarana perhubungan yang makin sempurna menebabkan satu bangsa mudah berhubungan
dengan bangs lain.
Akibat daripada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu
bangsa mempertahankan jkebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang
lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila
kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan
aslidan terjadi budaya jajahan yang sifatnuya tiruan.
2.4 MACAM-MACAM
KEBUDAYAAN INDONESIA
Budaya Indonesia adalah
seluruh kebudayaan
nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah
ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
1.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila
adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia
dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan
harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan
dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.
Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
Disebutkan juga pada pasal selanjutnya
bahwa kebudayaan nasional juga mencermikan nilai-nilai luhur bangsa. Tampaklah
bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi
pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari
kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada
kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional,
serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh
Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari
suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan
menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada
puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa
menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili
identitas bersama.
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan
penjabaran dari UUD 1945
Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan
eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga
kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka
mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan
mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945
menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah
kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di
daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri
dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki
makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur
pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara
nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan
asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
2.
Kebudayaan daerah
Seluruh kebudayaan daerah yang berasal dari kebudayaan
beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada
kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada
dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti
kebudayaan Tionghoa,
kebudayaan India
dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari
penyebaran agama Hindu
dan Buddha
di Nusantara
jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama
Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai
dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada
penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan
Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi
perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya).
Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang
datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi
penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik.
Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada
kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh
pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju
Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke
Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk
kebudayaan Barat dan membentuk
kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang.
Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya
seperti boga, busana,
perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang
lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.
2.5 WUJUD
KEBUDAYAAN INDONESIA
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas
kebudayaan yang berbeda. Berikut ini beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan
jenisnya :
A. Nama-nama Rumah Adat
1.
Provinsi DI Aceh.
Rumah Adat Aceh berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramue
Keu (serambi depan), Rumah Inong (serambi tengah), dan Seurarnoe Likot (serambi
belakang).
2.
Provinsi Sumatra
Utara
Rumah adat Sumatra Utara Jahu ba1on,
sebuah rumah pertemuan keluarga besar. Berbentuk pangung dan ruang atas untuk
tempat tinggal.
3.
Provinsi Sumatra Barat
Rumah adat untuk tempat tinggal di
Sumatra Barat adalah Rumah Gadang. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjalan
atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Yang Maha Esa.
4.
Provinsi Riau
Rumah adat di daerah Riau bernama
Selaso Jatuh Kembar. Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat
tidur, ruangan bersila, anjungan dan dapur.
5.
Provinsi Jambi
Rumah adat Jambi dinamakan Rumah
Panggung dengan model kajang lako, merupakan rumah tinggai yang terbagi dalam 8
ruangan.
6.
Provinsi Sumatra Selatan.
Rumah adat Sumatra Selatan bernama
Rumah Limas. Merupakan rumah panggung berjenjang lima dengan bermakna Lima
Emas.
7.
Provinsi Lampung
Rumah adat di Lampung ialah Rumah
Sesat, yang digunakan untuk musyawarah tertinggi antara marga-marga.
8.
Provinsi Bengkulu
Nama rumah adat daerah Bengkulu
adalah Rumah Rakyat, terdiri 3 kamar yaitu : kamar orang tua, kamar gadis, dan
kamar bujang.
9.
Provinsi DKl. Jakarta
Rumah tradisional khas Jakarta dinamakan
Rumuh Kebaya. Atapnya berbcntuk. Joglo.
10. Provinsi
Jawa Barat
Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan
model rumah adat Jawa Barat. Keraton ini terdiri 4 ruangan. Jinem atau pendopo,
Pringgodani, ruang Probayasa, dan ruang Panembahan.
11. Provinsi
Jawa Tengah
Padepokan Jawa Tengah merupakan
sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta yang umumnya terdiri
atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.
12. Provinsi
DI Yogyakarta
Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta
merupakan sebuah bangunan Pendopo model rumah adat daerah Yogyakarta.
13. Provinsi
Jawa Timur
Model rumah adat Jawa Timur Rumah
Situbondo yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah itu tidak meniliki pintu
belakang dan tanpa kamar-kamar pula.
14. Provinsi
Bali.
Gapura Candi merupakan pintu masuk
rumah adat di Bali. Kori Agung adalah pinto masuk pada waktu upacara besar dan
Kori Babetelan merupakan pintu masuk untuk keperluan keluarga.
15. Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Istona Sultan Sumbawa merupakan model
rumah adat daerah Nusa Tenggara Barat. Bangunan tersebut berlantai tiga,
lerhuat dari kayu jati dan beratap strap.
16. Provinsi
Kalimantan Timur
Rumah adat daerah Nusa Tenggara Timur adalah Rumah Musalak. Rumah itu
berbentuk panggung dan di bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu.
17. Propinsi
Kalimantan Barat
Model rumah adat kalimantan Barat
yang berbentuk panggung. Pada kiri kanan rumah terdapat kamar-kamar dan di tengahnya
merupakan ruang upacara dan pertemuan.
18. Provinsi
Kalimantan Tengah
Rumah adat kalimantan Tengah
dinamakan Rumah Betang. Rumah itu panjang, bawah kolongnya di gunakan untuk
bertenun dan menumbuk padi.
19. Provinsi
Kalimantan Selatan
Rumah adat Kalimantan Selatan disebut
Rumah Bubungan Tinggi. Bagian depan rumah berfungsi sebagai teras disebut Pelatar.
20. Provinsi
Kalimanta Timur
Rumah Lamin adalah rumah adat suku
Dayak Kenyah. Rumah Itu berbentuk panggung setinggi 3 meter dan dihuni oleh kepala
keluarga.
21. Provinsi
Sulawesi Utara
Rumah adat Sulawesi Utara ialah Rumah
Pewaris, Rumah ini mempunyai ruang tamu, ruang keluarga dan kamar-kamar.
22. Provinsi
Sulawesi Tengah
Rumah adat Sulawesi Tengah adalah
Rumah Tambi. Rumah tersebut berbentuk panggung dan atapnya sekaligus berfungsi sebagai
dinding .
23. Provinsi
Sulawesi Tenggara
Rumah adat Sulawesi Tenggara disebut
juga Malige. Bangunan tersebut berbentuk panggung terdiri dari tiga lantai.
Pada kiri kanan lantai dua da ruang tempat penenun kain yang di sebut bate.
24. Provinsi
Sulawesi Selatan
Rumah adat orang Toraja di Sulawesi
Selatan adalah Tongkonan. Kolong rumah itu berupa kandang kerbau belang atau
Tedong Bonga.
25. Provinsi
Maluku
Rumah adat Maluku dinamakan Bailo,
dipakai untuk pertemuan, musyawarah dan upacara yang di sebut seniri negeri.
Rumah tersebut merupakan panggung. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun
rumbia, sedang dindingnya dari tangkai rumbia, yang di sebut gaba-gaba.
26. Provinsi
Papua
Rumah adat daerah Papua, suku Dani
adalah Honai, Rumah tersebut terdiri dari dua lantai , lantai pertama sebagai
tempaat tidur dan lantai dua untuk tempat bersantai, dan tempat makan.
B. Nama-nama Senjata Tradisional
1.
DI Aceh
Rencong,
Selain rencong, ada Pedang Daun tebu, Oom Ngom. dan Reudeuh.
2.
Sumatra Utara
Parang
,Salawaku. Panjangnya 90 – 100 cm. sedangkan perisainya dihiasi dengan
motif-motif yang melambangkan keberanian.
3.
Sumatra Barat
Badik,
merupakan senjata tradisional. Senjata lainnya adalah Peda, Sabel dan Tombak.
4.
Riau
Keris.
Bentuknya berlekuk-lekuk seperti keris pada umumnya. Senjata lainnya pedang,
tombak, lembing, dan sumpitan.
5.
Jambi
Pasatimpo,
berbentuk parang dan hulunya bengkok ke bawah.
6.
Sumatra Selatan
Keris.
Senjata tradisional Sumatra Selatan yang berlekuk dengan jumlah ganjil.
misalnya berlekuk 7,9, atau 13.
7.
Lampung
Keris.
Senjata Lampung yang terkenal adalah Terapang Selain itu ada Penduk, Payan,
Beladau, dan Badik.
8.
Bengkulu
Keris.
Keris yang dianggap keramat atau pemberani panjangnya 13 jari. Selain itu ada
Kuduk, dan Rudus.
9.
DKI Jakarta
Badik.
Merupakan senjata tradisional masyarak Jakarta. Parang atau golok banyak
digunakan oleh para pendekar.
10. Jawa
Barat
Kujang.
Senjata tradisional Jawa Barat. Pada mata kujang terdapal 1- 5 lobang. Senjata
lainnya adalah Keris Kirompang, Keris Kidongkol, dan Golok.
11. JawaTengah
:
Keris.
Di daerah Jawa Tengah senjata tersebut mendapat tempat penting dalam kehidupan
masyarakatnya. Keris dapat menunjukka kedudukan seseorang dalam mayarakat.
12. DIYogyakarta
:
Keris.
Di Yogyakarta senjata tersebut merupakan senjata tradisional. Keris-keris itu
diberi pula gelar gelar kehormatan seperti Kanjeng Kyai Plered, Kanjeng Kyai
Kopek, Kanjeng Kyai Ageng Baru dan sebagainya.
13. Jawa
Timur :
Clurit.
Senjata sejenis arit yang mengerikan. Selain itu ada Sondre, Kodi, dan Tombak.
14. Bali
:
Keris.
Selain sebagai senjata untuk membela diri, keris dapat mewakili seseorang dalam
suatu undangan pernikahan.
15. Nusa
Tenggara Barat
Keris.
Ada berbagai jenis keris di Nusa Tenggar Barat, misalnya Sampari dan Sondi. Di
Lombok sondi ini bernama Grantim
16. Nusa
Tenggara Timor
Sundu.
Senjata ini yang umumnya dipakai penduduk di NTT. Senjata lainnya adalah Saweo,
Pisau, dan Kampak.
17. Kalimantan
Barat
Mandau.
Mandau yang dipakai berperang dilengkapi dengan perisai yang disebut Kelikit.
18. Kalimantan
Tengah
Lunjuk
Sumpit, Randu (sejenis tombak), dan perisai.
19. Kalimantan
Selatan
Keris.
Ukuran keris Kalimantan Selatan paling panjang 30 cm.
20. Kalimantan
Timur
Mandau,
senjata yang berbentuk parang dengan panjang kira-kira ½ meter.
21. Sulawesi
Utara
Keris.
Di Sulawesi Utara keris bentuknya lurus tanpa berlekuk-lekuk.
22. Sulawesi
Tengah
Keris
wilahan yang berlekuk-lekuk. Sedangkan keris yang bentuknya lurus dinamakan
Badik Tumbuk Lada.
23. Sulawesi
Tenggara
Pedang
Janawi. Pedang ini biasanya dipakai oleh panglima perang sadangkan prajuritnya
memakai klewang.
24. Sulawesi
Selatan
Karih,
merupakan senjata tradisional berupa senjata tikam. Selain itu ada Ruduih, dan
lading.
25. Maluku
Piso
Surit, Pio Gaja Dompak, dan Hujur. Piso Surit, adalah sejenis belati dan merupakan
senjata tradisional di Tanah.
26. Papua
Pisau
Belati. Senjata tradisional Papua yang terbuat dari tulang kaki burung kasuari
dan bulunya menghiasi hulu belati tersebut.
C. Nama-nama Tarian Daerah
1.
Daerah Istimewa Aceh
·
Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar
belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana
keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.
·
Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi
duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran
kebajikan, terutama ajaran agama Islam
2.
Daerah Bali
·
Tari legong, merupakan tarian yang berlatar
belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat
hati.
·
Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan
Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari
Sugriwa.
3.
Daerah Bengkulu
·
Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan
sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.
·
Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat
pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.
4.
Daerah DKI Jakarta
·
Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional
Betawi dalam menyambut tamu agung.
·
Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk
menghormati tamu Negara.
5.
Daerah Jambi
·
Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan.
Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.
·
Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan
mudamudi dan sangat digemari di daerah Jambi.
6.
Daerah Jawa Barat
·
Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian
yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.
·
Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan
kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.
7.
Daerah Jawa Tengah
·
Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa
silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.Tari Blambangan Cakil, mengisahkan
perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan
angkara murka.
8.
Daerah JawaTimur
·
Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan
jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.
·
Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur
yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.
9.
Daerah kalimantan Barat
·
Tarri Monong, merupakan tari penolak penyakit
agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan
jampi-jampi
·
Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari
pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat
10. Daerah
Katimantan Selatan
·
Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat
datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.
·
Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara
tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.
11. Daerah
Kalimantan tengah
·
Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan
kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen
rakyat.
·
Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon
kesembuhan bagi mereka yang sakit.
12. Daerah
Kalimantan Timur
·
Tari Gong, di pertunjukan pada upacara
penyambutan terhadap tamu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir
seorang bayi kepala suku.
·
Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang
pemuda dalam memperebutkan seorang gadis.
13. Daerah
Lampung.
·
Tari Jangget, adalah tarian untuk
upacara-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila
rakyat Lampung.
·
Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar
belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung
Jati ke Keraton Pulung.
14. Daerah
Maluku
·
Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi
segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.
·
Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang
melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.
15. Daerah
Maluku Utara
·
Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para
pahlawan yang pualng dari medan juang.
·
Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan
pada waktu “panas Pela” kesepakatan kampung untuk membangun.
16. Nusa
Tenggara Barat
·
Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut
Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada
upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.
·
Tari Batunganga, sebuah tari berlatar belakang
cerita rakyat. Mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putrid raja yang
masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putri dapat keluar dari dalam
batu itu.
17. Daerah
Nusa Tenggara Timur
·
Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat
keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa
cambuk dan perisai.
·
Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan.
Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang
dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.
18. Daerah
Papua Barat danTengah
·
Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang
suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian).
·
Tari Perang, tari yang melambangkan
kepahlawanan, dan kegagahan rakyat Papua.
19. Daerah
Papua Timur
·
Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan
hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
·
Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya
mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.
20. Daerah
Riau
·
Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang
sangat digemari di daerah Riau.
·
Tari Joged Lambak, adalah tari pergaulan
muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi.
21. Daerah
Sulawesi Selatan
·
Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para
gadisdalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu.
·
Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para
tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes.
22. Daerah
Sulawesi Tengah
·
Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan
tarian selamat datang untuk menyambut tamu agung.
·
Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan
menaburkan bunga bagi para tamu.
23. Daerah
Sulawesi Tenggara
·
Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang
dalam menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.
·
Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong
royongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung
merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.
24. Daerah
Sulawesi Utara
·
Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang
dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.
·
Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi
muda-mudi daerah Gorontalo.
25. Daerah
Sumatera Barat
·
Tari Piring, Sebuah tari tradisional yang
melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang
hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sam.
·
Tari Payung, Ditarikan oleh sepasang muda-mudi
dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah
perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.
26. Daerah
Sumatera Selatan
·
Tari Tanggal, merupakan sebuah tarian dalam
menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat.
·
Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang
sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan
melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan
27. Daerah
Sumatra Utara
·
Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu
denganirama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin.
Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.
·
Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak
dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.
28. Daerah
Istimewa Yogyakarta
·
Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton
pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.
·
Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di
tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai
D. Nama-nama Lagu Daerah
1. Ampar
– ampar Pisang : Kalimantan
2. Anak
Kambing Saya : Nusa Tenggara Timur
3. Angin
Mamiri : Sulawesi Selatan
4. Anju
Ahu : Sumatera Utara
5. Apuse
: Papua
6. Ayam
Den Lapeh : Sumatera Barat
7. Barek
Solok : Sumatera Barat
8. Batanghari
: Jambi
9. Balelebo
: Nusa Tenggara Barat
10. Bubuy Bulan
: Jawa Barat
11. Bungong
Jeumpa : Nangroe Aceh
12. Burung
Tantina : Maluku
13. Butet : Sumatera Utara
14. Cik-cik
Periuk : Kalimantan Barat
15. Cing Cangkeling
: Jawa Barat
16. Dago Inang
Sarge : Sumatera
Utara
17. Dayung
Palinggam : Sumatera Barat
18. Dek Sangke : Sumatera Selatan
19. Desaku : Nusa Tenggara Timur
20. Esa Mokan : Sulawesi Utara
21. Gambang
Suling : Jawa Tengah
22. Gek Kepriye
: Jawa Tengah
23. Goro-gorone
: Maluku
24. Gundul
Pacul : Jawa Tengah
25. Haleleu Ala
De Teang : Nusa Tenggara Barat
26. Huhatee : Maluku
27. IIir-ilir : Jawa Tengah
28. Indung -
indung : Kalimantan Timur
29. Injit -
injit Semut : Jambi
30. Jali-jali : Jakarta
31. Jamuran : Jawa Tengah
32. Kabile-bile
: Sumatera Selatan
33. Kalayar
: Kalimantan Tengah
34. Kambanglah
Bunga : Sumatera Barat
35. Kampung
Nan Jauh di Mato : Sumatera Barat
36. Ka
Parak Tingga : Sumatera Barat
37. Keraban
Sape : Jawa Timur
38. Keroncong
Kemayoran : Jakarta
39. Kicir-kicir
: Jakarta
40. Kole-kole
: Maluku
41. Lalan
Belek : Bengkulu
42. Lembah
Alas : Nangroe Aceh
43. Lipang-lipangdang
: Lampung
44. Lisoi
: Sumatera Utara
45. Macep-cepetan
: Bali
46. Madedek
Magambiri : Sumatera Utara
47. Malam
Baiko : Sumatera Barat
48. Mande-mande
: Maluku
49. Manuk
Dadali : Jawa Barat
50. Ma
Rencong : Sulawesi Selatan
51. Mejangeran
: Bali
52. Meriam
Tomong : Sumatra Utara
53. Meyong-meyong
: Bali
54. Moree
: Nusa Tenggara Barat
55. Na
Sonang Duhita : Sumatera Utara
56. Ngusak
Asik : Bali
57. Nuluya : Kalimantan Tengah
58. Ina
Ni Keke : Sulawesi Utara
59. Ole
Sioh : Maluku
60. Re
Re : Nusa Tenggara Barat
61. Orlen-orlen
: Nusa Tenggara Barat
62. Ulate
: Maluku
63. Pai
Mura Rame : Nusa Tenggara Barat
64. Pakarena
: Sulawesi Selatan
65. Palu
Lempong Pupoi : Kalimantan Tengah
66. Panon
Hideung : Jawa Barat
67. Paras
Barantai : Kalimantan Selatan
68. Pelo
Tawa - tawa : Sulawesi Tenggara
69. Pileuleuyan
: Jawa Barat
70. Pinang
Muda : Jambi
71. Piso
Surit : Sumatera Utara
72. Pitik
Tukung : Yogyakarta
73. Potong
Bebek : Nusa Tenggara Timur
74. Putri
Ayu : Bali
75. Rambadia : Sumatera Utara
76. Rang
Talu : Sumatera Barat
77. Rasa
Sayangsayange : Maluku
78. Ratu
Anom : Bali
79. Saputangga
Bapuncu Ampat : Kalimantan Selatan
80. Sarinande
: Maluku
81. Selendang
Mayang : Jambi
82. Sengko-sengko
: Sumatera Utara
83. Sepakat
Segenap : Nangroe Aceh
84. Sinanggar
Tulo : Sumatera Utara
85. Sing
Sing So : Sumatera Utara
86. Sinom
: Yogyakarta
87. Sipatokahan
: Sulawesi Utara
88. Sitara
Tilo : Sulawesi Utara
89. Soleram
: Riau
90. Surilang
: Jakarta
91. Suwe
Ora Jamu : Yogyakarta
92. Tahanusangkara
: Sulawesi Utara
93. Tanduk
Majeng : Jawa Timur
94. Tanase
: Maluku
95. Tari
Tanggai : Sumatera Selatan
96. Tebe
O Nana : Nusa Tenggara Barat
97. Tekate
Dipanah : Yogyakarta
98. Tokecang
: Jawa Barat
99. Tondok
Kadindangku : Sulawesi Tengah
100. Tope Gugu : Sulawesi
Tengah
101.
Tumpi Wayu : Kalimantan Tengah
102.
Tutu Koda : Nusa Tenggara Barat
103.
Yamko Rame Yamko : Papua
2.6 UPAYA-UPAYA PELESTARIAN KEBUDAYAAN
INDONESIA
Bangsa
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa dan unsur kebudayaan yang semua
sebagaimana tersirat dalam Bhineka Tunggal Ika yang artinya “ walaupun berbeda
– beda tetap satu jua “
Kebudayaan
lama atau yang sering disebut kebudayaan asli bangsa indonesia dimana
kebudayaan ini belum terjamah oleh kebudayaan asing merupakan suatu harus
tetap kita pertahankan karena ini meryupakan suatu kebanggaan atau kekayaan
bangsa kita, oleh karena itu supay kebudayaan – kebudayaan asli bangsa
indonesia ini tetap ada marilah kita jaga bersama, adapun cara memelihara
kebudayaan asli bangsa indonesia adalah sebagai berikut :
A. Melalui
Media Massa
Media massa mempunyai tugas dan kewajiban–selain menjadi
sarana dan prasarana komunikasi–untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan
peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam
aneka wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya)–dari
yang kurang menarik sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan
sampai yang sangat menyenangkan – tanpa ada batasan kurun waktu.
Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media massa, media
massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan dan saling
membutuhkan karena masing-masing saling mempunyai kepentingan, masing-masing
saling memerlukan. Media massa membutuhkan berita dan informasi untuk
publikasinya baik untuk kepentingan media itu sendiri maupun untuk kepentingan
orang atau institusi lainnya; di lain pihak, manusia membutuhkan adanya
pemberitaan, publikasi untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Televisi sebagai media publik mempunyai daya tarik yang kuat
tidak perlu dijelaskan lagi, kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat
disebabkan unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka televisi selain
ketiga unsur tersebut, juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini
bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang
mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi
film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman,
sedang televisi itu selain menyajikan film juga programa yang lain seperti seni
tradisional. Sesuai fungsinya, media massa (termasuk televisi), selain
menghibur, ada tiga fungsi lainnya yang cukup penting. Harold Laswell dan
Charles Wright (1959) membagi menjadi empat fungsi media (tiga dicetuskan oleh
Laswell dan yang ke empat oleh Wright). Keempat fungsi media tersebut adalah:
-
Pengawasan (Surveillance)
-
Korelasi (Correlation)
-
Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)
-
Hiburan (Entertainment)
B.
Pementasan – Pementasan
walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita harus
tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah
pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau
tempat umum yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan
berjalan sukses apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan
adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi. Maka cepat atau
lambat, budaya tradisional kembali akan bergairah
C.
Melibatkan peran pemerintah
Mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan
pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan
pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk
pembangunan dalam bidang ekonomi saja .
Dan
tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan,
menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat
memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya
budaya asli negara kita tidak diklaim oleh negara lain.
D.
Menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal
Dengan adanya Sekolah Selenggarakan Mata Pelajaran Muatan dan
ekstrakurikuler wajib berbasis pelestarian seni budaya setempat, dapat
menimbulkan rasa cinta dan bangga memiliki kebudayaan tersebut, dengan demikian
para genarasi muda dapat mengetahui kebudayaan – kebudayaan yang ada di
Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu
sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
3.2 Saran
Jika
kita bertanya apakah yang membedakan manusia dengan hewan atau binatang secara
fundamental maka jawabannya adalah bahwa manusia mampu menciptakan suatu budaya
dan hidup dalam system budaya tersebut. Maka dari pada itu marilah kita selalu
melesrarikan kebudayaan dan kita wariskan kebudayaan ini hingga ke anak cucu
kita, apalagi mengingat Negara Indonesia adalah Negara yang sangat luas yang
terdiri dari beberapa pulau yang besar dan ribuan pulau yang kecil dengan
penduduk yang beraneka ragam mulai dari suku, ras, agama dan lain sebagainya
yang semua itu secara tidak langsung telah memperkaya bangsa kita ini akan
kebudayaan yang mungkin selama ini mulai pudar terkikis dan tertutupi oleh
kebudayaan – kebudayaan asing yang selama ini kita anggap lebih maju dan lebih
tren, sekali lagi penulis mengajak marilah kita lestarikan dan kita tanamkan
sendi – sendi kebudayaan di dalam diri kita sehingga kita masih tetap bisa
dibedakan dengan hewan atau binatang secara fundamental.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo, Budaya
Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop
dalam
Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997
http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com/2011/04/makalah-upaya-upaya-pelestarian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar