Jumat, 04 Januari 2013

Kebudayaan Indonesia


KEBUDAYAAN INDONESIA


DISUSUN OLEH :
KOMANG ADITYA WAR ANDIKA
NIM : 120030222
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
STIKOM BALI

201


 

2





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulisan makalah ini disamping sebagai pemaparan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa juga merupakan sarana bagi mahasiswa untuk melatih diri membuat tulisan-tulisan dalam bentuk makalah. Adapun makalah ini berisi pembahasan tentang Kebudayaan Indonesia. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang hal tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengarapkan sumbansih pikiran baik berupa saran maupan kritikan yang membangun demi penyempurnaan tulisan yang akan datang Tentunya melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.






Penulis,



  


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR              
DAFTAR ISI                             

BAB I PENDAHULUAN        
1.1  Latar Belakang                     
1.2  Rumusan masalah                
1.3  Tujuan                                  
1.4  Manfaat                                     

BAB II PEMBAHASAN         
2.1 Definisi Kebudayaan           
2.2 Unsur-unsur Kebudayaan Indonesia     
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan Indonesia   
2.4 Macam-macam Kebudayaan Indonesia                       
2.5 Wujud Kebudayaan Indonesia                                     
2.6 Upaya Pelestarian Kebudayaan Indonesia                        

BAB III PENUTUP                  
3.1 Kesimpulan                          
3.2 Saran                                    
                                                  
DAFTAR PUSTAKA               
                                     




BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak pengalaman yang diperoleh  bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.
Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima tahun terakhir, telah terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi (tanpa platform yang jelas) yang menimbulkan berbagai ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (governance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah berawal tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran-pelanggaran moral dan etika, tentu pula tak terkecuali pelanggaran hukum dan meningkatnya kriminalitas. Di kala hal ini berkepanjangan dan tidak jelas  kapan saatnya krisis ini akan berakhir, para pengamat hanya bisa mengatakan bahwa bangsa kita adalah “bangsa yang sedang sakit”, suatu kesimpulan yang tidak pula menawarkan solusi.
Timbul pertanyaan: mengapa bangsa kita dicemooh oleh bangsa lain? Mengapa pula ada sejumlah orang Indonesia yang tanpa canggung dan tanpa merasa risi dengan mudah berkata, “Saya malu menjadi orang Indonesia” dan bukannya secara Negara menantang dan mengatakan, “Saya siap untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ini”? Mengapa pula wakil-wakil rakyat dan para pemimpin malahan saling tuding sehingga menjadi bahan olok-olok orang banyak? Mengapa pula banyak orang, termasuk kaum intelektual, kemudian menganggap Pancasila harus “disingkirkan” sebagai dasar Negara? Kaum intelektual yang sama di masa lalu adalah penatar gigih, bahkan “manggala” dalam pelaksanaan Penataran P-4. Pancasila adalah “asas bersama” bagi bangsa ini (bukan “asas tunggal”). Di samping itu, makin banyak orang yang kecewa berat terhadap, bahkan menolak, perubahan UUD 1945 (lebih dari sekedar amandemen)  sehingga  perannya sebagai pedoman dan acuan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diibaratkan sebagai menjadi lumpuh.

Perjalanan panjang Negara enam dasawarsa kemerdekaan Indonesia telah memberikan banyak pengalaman kepada warganegara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Nation and character building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional belum dilandasi oleh suatu strategi budaya yang nyata (padahal ini merupakan  konsekuensi dari dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan sebagai “de hoogste politieke beslissing” dan diterimanya Pancasila sebagai dasar Negara dan UUD 1945 sebagai dasar Negara)

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini bagaimana perkembangan budaya bangsa Indonesia dan eksistensinya dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.

1.3  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan budaya bangsa Indonesia dan eksistensinya dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.

1.4  Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai patokan bagi masyarakat untuk tetap mengembangkan dan mempertahankan budaya bangsa dalam proses globalisasi budaya.




  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFINISI KEBUDAYAAN
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia). Sebagai satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta berisi serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai berbagai tindakan dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam. Jadi nilai-nilai tersebut dalam penggunaannya adalah selektif sesuai dengan lingkungan yang dihadapi oleh pendukungnya.
Dari berbagai sisi, kebudayaan dapat dipdang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan; (4) Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

2.2  UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN INDONESIA
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu dikenal beberapa masalah lain yang menyangkut kebudayaan antara lain unsur kebudayaan. Unsur kebudayan dalam kamus besar Indonesia berarti bagian dari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebudayan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar perjumlahan usur-unsur yang terdapat di dalamnya. Unsur kebudayaan terdiri atas :
1.      System regili dan upacaru keagamaan merupakan produk manusia sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat “menghitam-putikan” kehidupannya.
2.      System organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia sebagia homosocius.manusia sadar bahwa tubuh nay lemah.namun, dengan akalnya manusia membuat kekuatan dengan menyusun organisasikemasyarakatan yang merupakan tempat berkerja sama untuk mencapai tujuan baersama,yaitu meningatkan kesejahtraan hidupnya.
3.      System mata pencarian yang merupakan produk dari manusia sebagai homoeconomicus manjadikan tinkat kehudupan manusia secara umum terus meningkat.contoh bercocok tanam, kemudian berternak ,lalu mengusahakan kerjinan, dan berdagang.

 2.3  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN INDONESIA
Bebera faktor yang mempengaruhi kebudayaan secara garis besar adalah : a) factor kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) factor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat; b) faktor induk bangsa ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaru terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan barat umumnya tingkat cauca soit dianggap lebih tinggi dari pada bangsa lain,yaitu mingloid dan negroid. Sedangkan pandangan timur berpendapat bahwa peran ihnduk bukan sebagai factor yang lebih dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa barat masih “ tidur dalam kegelapan . hal itu lebih jelas ketika dalam abad xx, bangsa jepang yang dapat diikatakan lebih rendah daripada bangsa barat dan c) fakto saling kontak antar bangsa. Hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangs lain.
Akibat daripada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa mempertahankan jkebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan aslidan terjadi budaya jajahan yang sifatnuya tiruan.

2.4  MACAM-MACAM KEBUDAYAAN INDONESIA
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
1.      Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga mencermikan nilai-nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.

2.      Kebudayaan daerah
Seluruh kebudayaan daerah yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

2.5  WUJUD KEBUDAYAAN INDONESIA
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Berikut ini beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan jenisnya :

A.    Nama-nama Rumah Adat
1.      Provinsi DI Aceh.
Rumah Adat Aceh berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramue Keu (serambi depan), Rumah Inong (serambi tengah), dan Seurarnoe Likot (serambi belakang).
2.       Provinsi Sumatra Utara
Rumah adat Sumatra Utara Jahu ba1on, sebuah rumah pertemuan keluarga besar. Berbentuk pangung dan ruang atas untuk tempat tinggal.
3.      Provinsi Sumatra Barat
Rumah adat untuk tempat tinggal di Sumatra Barat adalah Rumah Gadang. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjalan atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Yang Maha Esa.
4.      Provinsi Riau
Rumah adat di daerah Riau bernama Selaso Jatuh Kembar. Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur, ruangan bersila, anjungan dan dapur.
5.      Provinsi Jambi
Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung dengan model kajang lako, merupakan rumah tinggai yang terbagi dalam 8 ruangan.
6.      Provinsi Sumatra Selatan.
Rumah adat Sumatra Selatan bernama Rumah Limas. Merupakan rumah panggung berjenjang lima dengan bermakna Lima Emas.
7.      Provinsi Lampung
Rumah adat di Lampung ialah Rumah Sesat, yang digunakan untuk musyawarah tertinggi antara marga-marga.


8.      Provinsi Bengkulu
Nama rumah adat daerah Bengkulu adalah Rumah Rakyat, terdiri 3 kamar yaitu : kamar orang tua, kamar gadis, dan kamar bujang.
9.      Provinsi DKl. Jakarta
Rumah tradisional khas Jakarta dinamakan Rumuh Kebaya. Atapnya berbcntuk. Joglo.
10.  Provinsi Jawa Barat
Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan model rumah adat Jawa Barat. Keraton ini terdiri 4 ruangan. Jinem atau pendopo, Pringgodani, ruang Probayasa, dan ruang Panembahan.
11.  Provinsi Jawa Tengah
Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta yang umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.
12.  Provinsi DI Yogyakarta
Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta merupakan sebuah bangunan Pendopo model rumah adat daerah Yogyakarta.
13.  Provinsi Jawa Timur
Model rumah adat Jawa Timur Rumah Situbondo yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah itu tidak meniliki pintu belakang dan tanpa kamar-kamar pula.
14.  Provinsi Bali.
Gapura Candi merupakan pintu masuk rumah adat di Bali. Kori Agung adalah pinto masuk pada waktu upacara besar dan Kori Babetelan merupakan pintu masuk untuk keperluan keluarga.
15.  Provinsi Nusa Tenggara Barat
Istona Sultan Sumbawa merupakan model rumah adat daerah Nusa Tenggara Barat. Bangunan tersebut berlantai tiga, lerhuat dari kayu jati dan beratap strap.
16.  Provinsi Kalimantan Timur
Rumah adat daerah Nusa Tenggara Timur adalah Rumah Musalak. Rumah itu berbentuk panggung dan di bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu.

17.  Propinsi Kalimantan Barat
Model rumah adat kalimantan Barat yang berbentuk panggung. Pada kiri kanan rumah terdapat kamar-kamar dan di tengahnya merupakan ruang upacara dan pertemuan.
18.  Provinsi Kalimantan Tengah
Rumah adat kalimantan Tengah dinamakan Rumah Betang. Rumah itu panjang, bawah kolongnya di gunakan untuk bertenun dan menumbuk padi.
19.  Provinsi Kalimantan Selatan
Rumah adat Kalimantan Selatan disebut Rumah Bubungan Tinggi. Bagian depan rumah berfungsi sebagai teras disebut Pelatar.
20.  Provinsi Kalimanta Timur
Rumah Lamin adalah rumah adat suku Dayak Kenyah. Rumah Itu berbentuk panggung setinggi 3 meter dan dihuni oleh kepala keluarga.
21.  Provinsi Sulawesi Utara
Rumah adat Sulawesi Utara ialah Rumah Pewaris, Rumah ini mempunyai ruang tamu, ruang keluarga dan kamar-kamar.
22.  Provinsi Sulawesi Tengah
Rumah adat Sulawesi Tengah adalah Rumah Tambi. Rumah tersebut berbentuk panggung dan atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding .
23.  Provinsi Sulawesi Tenggara
Rumah adat Sulawesi Tenggara disebut juga Malige. Bangunan tersebut berbentuk panggung terdiri dari tiga lantai. Pada kiri kanan lantai dua da ruang tempat penenun kain yang di sebut bate.
24.  Provinsi Sulawesi Selatan
Rumah adat orang Toraja di Sulawesi Selatan adalah Tongkonan. Kolong rumah itu berupa kandang kerbau belang atau Tedong Bonga.
25.  Provinsi Maluku
Rumah adat Maluku dinamakan Bailo, dipakai untuk pertemuan, musyawarah dan upacara yang di sebut seniri negeri. Rumah tersebut merupakan panggung. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedang dindingnya dari tangkai rumbia, yang di sebut gaba-gaba.

26.  Provinsi Papua
Rumah adat daerah Papua, suku Dani adalah Honai, Rumah tersebut terdiri dari dua lantai , lantai pertama sebagai tempaat tidur dan lantai dua untuk tempat bersantai, dan tempat makan.

B.     Nama-nama Senjata Tradisional
1.      DI Aceh
Rencong, Selain rencong, ada Pedang Daun tebu, Oom Ngom. dan Reudeuh.
2.      Sumatra Utara
Parang ,Salawaku. Panjangnya 90 – 100 cm. sedangkan perisainya dihiasi dengan motif-motif yang melambangkan keberanian.
3.      Sumatra Barat
Badik, merupakan senjata tradisional. Senjata lainnya adalah Peda, Sabel dan Tombak.
4.      Riau
Keris. Bentuknya berlekuk-lekuk seperti keris pada umumnya. Senjata lainnya pedang, tombak, lembing, dan sumpitan.
5.      Jambi
Pasatimpo, berbentuk parang dan hulunya bengkok ke bawah.
6.      Sumatra Selatan
Keris. Senjata tradisional Sumatra Selatan yang berlekuk dengan jumlah ganjil. misalnya berlekuk 7,9, atau 13.
7.      Lampung
Keris. Senjata Lampung yang terkenal adalah Terapang Selain itu ada Penduk, Payan, Beladau, dan Badik.
8.      Bengkulu
Keris. Keris yang dianggap keramat atau pemberani panjangnya 13 jari. Selain itu ada Kuduk, dan Rudus.
9.      DKI Jakarta
Badik. Merupakan senjata tradisional masyarak Jakarta. Parang atau golok banyak digunakan oleh para pendekar.
10.  Jawa Barat
Kujang. Senjata tradisional Jawa Barat. Pada mata kujang terdapal 1- 5 lobang. Senjata lainnya adalah Keris Kirompang, Keris Kidongkol, dan Golok.
11.  JawaTengah :
Keris. Di daerah Jawa Tengah senjata tersebut mendapat tempat penting dalam kehidupan masyarakatnya. Keris dapat menunjukka kedudukan seseorang dalam mayarakat.
12.  DIYogyakarta :
Keris. Di Yogyakarta senjata tersebut merupakan senjata tradisional. Keris-keris itu diberi pula gelar gelar kehormatan seperti Kanjeng Kyai Plered, Kanjeng Kyai Kopek, Kanjeng Kyai Ageng Baru dan sebagainya.
13.  Jawa Timur :
Clurit. Senjata sejenis arit yang mengerikan. Selain itu ada Sondre, Kodi, dan Tombak.
14.  Bali :
Keris. Selain sebagai senjata untuk membela diri, keris dapat mewakili seseorang dalam suatu undangan pernikahan.
15.  Nusa Tenggara Barat
Keris. Ada berbagai jenis keris di Nusa Tenggar Barat, misalnya Sampari dan Sondi. Di Lombok sondi ini bernama Grantim
16.  Nusa Tenggara Timor
Sundu. Senjata ini yang umumnya dipakai penduduk di NTT. Senjata lainnya adalah Saweo, Pisau, dan Kampak.
17.  Kalimantan Barat
Mandau. Mandau yang dipakai berperang dilengkapi dengan perisai yang disebut Kelikit.
18.  Kalimantan Tengah
Lunjuk Sumpit, Randu (sejenis tombak), dan perisai.
19.  Kalimantan Selatan
Keris. Ukuran keris Kalimantan Selatan paling panjang 30 cm.
20.  Kalimantan Timur
Mandau, senjata yang berbentuk parang dengan panjang kira-kira ½ meter.
21.  Sulawesi Utara
Keris. Di Sulawesi Utara keris bentuknya lurus tanpa berlekuk-lekuk.
22.  Sulawesi Tengah
Keris wilahan yang berlekuk-lekuk. Sedangkan keris yang bentuknya lurus dinamakan Badik Tumbuk Lada.
23.  Sulawesi Tenggara
Pedang Janawi. Pedang ini biasanya dipakai oleh panglima perang sadangkan prajuritnya memakai klewang.
24.  Sulawesi Selatan
Karih, merupakan senjata tradisional berupa senjata tikam. Selain itu ada Ruduih, dan lading.
25.  Maluku
Piso Surit, Pio Gaja Dompak, dan Hujur. Piso Surit, adalah sejenis belati dan merupakan senjata tradisional di Tanah.
26.  Papua
Pisau Belati. Senjata tradisional Papua yang terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan bulunya menghiasi hulu belati tersebut.

C.    Nama-nama Tarian Daerah

1.      Daerah Istimewa Aceh
·         Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.
·         Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam
2.      Daerah Bali
·         Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati.
·         Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa.
3.      Daerah Bengkulu
·         Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.
·         Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.

4.      Daerah DKI Jakarta
·         Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.
·         Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu Negara.
5.      Daerah Jambi
·         Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.
·         Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan mudamudi dan sangat digemari di daerah Jambi.
6.      Daerah Jawa Barat
·         Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.
·         Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.
7.      Daerah Jawa Tengah
·         Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.
8.      Daerah JawaTimur
·         Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.
·         Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.
9.      Daerah kalimantan Barat
·         Tarri Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi
·         Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat


10.  Daerah Katimantan Selatan
·         Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.
·         Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.
11.  Daerah Kalimantan tengah
·         Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.
·         Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.
12.  Daerah Kalimantan Timur
·         Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tamu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.
·         Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis.
13.  Daerah Lampung.
·         Tari Jangget, adalah tarian untuk upacara-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.
·         Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung.
14.  Daerah Maluku
·         Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.
·         Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.
15.  Daerah Maluku Utara
·         Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan juang.
·         Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan pada waktu “panas Pela” kesepakatan kampung untuk membangun.

16.  Nusa Tenggara Barat
·         Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.
·         Tari Batunganga, sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putrid raja yang masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putri dapat keluar dari dalam batu itu.
17.  Daerah Nusa Tenggara Timur
·         Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai.
·         Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.
18.  Daerah Papua Barat danTengah
·         Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian).
·         Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawanan, dan kegagahan rakyat Papua.
19.  Daerah Papua Timur
·         Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
·         Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena kecelakaan.
20.  Daerah Riau
·         Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat digemari di daerah Riau.
·         Tari Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi.




21.  Daerah Sulawesi Selatan
·         Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadisdalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu.
·         Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes.
22.  Daerah Sulawesi Tengah
·         Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat datang untuk menyambut tamu agung.
·         Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk  tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.

23.  Daerah Sulawesi Tenggara
·         Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalam menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.
·         Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong royongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.
24.  Daerah Sulawesi Utara
·         Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.
·         Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo.
25.  Daerah Sumatera Barat
·         Tari Piring, Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sam.
·         Tari Payung, Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.





26.  Daerah Sumatera Selatan
·         Tari Tanggal, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat.
·         Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan
27.  Daerah Sumatra Utara
·         Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu denganirama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.
·         Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.
28.  Daerah Istimewa Yogyakarta
·         Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.
·         Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai

D.    Nama-nama Lagu Daerah
1.      Ampar – ampar Pisang            :           Kalimantan
2.      Anak Kambing Saya               :           Nusa Tenggara Timur
3.      Angin Mamiri                          :           Sulawesi Selatan
4.      Anju Ahu                                :           Sumatera Utara
5.      Apuse                                      :           Papua
6.      Ayam Den Lapeh                    :           Sumatera Barat
7.      Barek Solok                            :           Sumatera Barat
8.      Batanghari                               :           Jambi
9.      Balelebo                                  :           Nusa Tenggara Barat
10.  Bubuy Bulan                           :           Jawa Barat
11.  Bungong Jeumpa                    :           Nangroe Aceh
12.  Burung Tantina                       :           Maluku
13.  Butet                                       :           Sumatera Utara
14.  Cik-cik Periuk                         :           Kalimantan Barat
15.  Cing Cangkeling                     :           Jawa Barat
16.  Dago Inang Sarge                  :           Sumatera Utara
17.  Dayung Palinggam                  :           Sumatera Barat
18.  Dek Sangke                             :           Sumatera Selatan
19.  Desaku                                    :           Nusa Tenggara Timur
20.  Esa Mokan                              :           Sulawesi Utara
21.  Gambang Suling                     :           Jawa Tengah
22.  Gek Kepriye                            :           Jawa Tengah
23.  Goro-gorone                            :           Maluku
24.  Gundul Pacul                          :           Jawa Tengah
25.  Haleleu Ala De Teang             :           Nusa Tenggara Barat
26.  Huhatee                                   :           Maluku
27.  IIir-ilir                                     :           Jawa Tengah
28.  Indung - indung                      :           Kalimantan Timur
29.  Injit - injit Semut                     :           Jambi
30.  Jali-jali                                     :           Jakarta
31.  Jamuran                                   :           Jawa Tengah
32.  Kabile-bile                               :           Sumatera Selatan
33.  Kalayar                                    :           Kalimantan Tengah
34.  Kambanglah Bunga                :           Sumatera Barat
35.  Kampung Nan Jauh di Mato   :           Sumatera Barat
36.  Ka Parak Tingga                     :           Sumatera Barat
37.  Keraban Sape                          :           Jawa Timur
38.  Keroncong Kemayoran           :           Jakarta
39.  Kicir-kicir                                :           Jakarta
40.  Kole-kole                                :           Maluku
41.  Lalan Belek                             :           Bengkulu
42.  Lembah Alas                           :           Nangroe Aceh
43.  Lipang-lipangdang                  :           Lampung
44.  Lisoi                                        :           Sumatera Utara
45.  Macep-cepetan                        :           Bali
46.  Madedek Magambiri               :           Sumatera Utara
47.  Malam Baiko                           :           Sumatera Barat
48.  Mande-mande                         :           Maluku
49.  Manuk Dadali                         :           Jawa Barat
50.  Ma Rencong                            :           Sulawesi Selatan
51.  Mejangeran                             :           Bali
52.  Meriam Tomong                      :           Sumatra Utara
53.  Meyong-meyong                     :           Bali
54.  Moree                                      :           Nusa Tenggara Barat
55.  Na Sonang Duhita                  :           Sumatera Utara
56.  Ngusak Asik                           :           Bali
57.  Nuluya                                    :           Kalimantan Tengah
58.  Ina Ni Keke                            :           Sulawesi Utara
59.  Ole Sioh                                  :           Maluku
60.  Re Re                                      :           Nusa Tenggara Barat
61.  Orlen-orlen                              :           Nusa Tenggara Barat
62.  Ulate                                       :           Maluku
63.  Pai Mura Rame                       :           Nusa Tenggara Barat
64.  Pakarena                                  :           Sulawesi Selatan
65.  Palu Lempong Pupoi               :           Kalimantan Tengah
66.  Panon Hideung                       :           Jawa Barat
67.  Paras Barantai                         :           Kalimantan Selatan
68.  Pelo Tawa - tawa                    :           Sulawesi Tenggara
69.  Pileuleuyan                              :           Jawa Barat
70.  Pinang Muda                           :           Jambi
71.  Piso Surit                                 :           Sumatera Utara
72.  Pitik Tukung                           :           Yogyakarta
73.  Potong Bebek                         :           Nusa Tenggara Timur
74.  Putri Ayu                                :           Bali
75.  Rambadia                                :           Sumatera Utara
76.  Rang Talu                                :           Sumatera Barat
77.  Rasa Sayangsayange               :           Maluku
78.  Ratu Anom                             :           Bali
79.  Saputangga Bapuncu Ampat  :           Kalimantan Selatan
80.  Sarinande                                :           Maluku
81.  Selendang Mayang                 :           Jambi
82.  Sengko-sengko                        :           Sumatera Utara
83.  Sepakat Segenap                     :           Nangroe Aceh
84.  Sinanggar Tulo                        :           Sumatera Utara
85.  Sing Sing So                           :           Sumatera Utara
86.  Sinom                                      :           Yogyakarta
87.  Sipatokahan                            :           Sulawesi Utara
88.  Sitara Tilo                                :           Sulawesi Utara
89.  Soleram                                   :           Riau
90.  Surilang                                   :           Jakarta
91.  Suwe Ora Jamu                       :           Yogyakarta
92.  Tahanusangkara                      :           Sulawesi Utara
93.  Tanduk Majeng                       :           Jawa Timur
94.  Tanase                                     :           Maluku
95.  Tari Tanggai                            :           Sumatera Selatan
96.  Tebe O Nana                           :           Nusa Tenggara Barat
97.  Tekate Dipanah                       :           Yogyakarta
98.  Tokecang                                 :           Jawa Barat
99.  Tondok Kadindangku             :           Sulawesi Tengah
100. Tope Gugu                            :           Sulawesi Tengah
101. Tumpi Wayu                         :           Kalimantan Tengah
102. Tutu Koda                             :           Nusa Tenggara Barat
103. Yamko Rame Yamko           :           Papua



2.6  UPAYA-UPAYA PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA
Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa dan unsur kebudayaan yang semua sebagaimana tersirat dalam Bhineka Tunggal Ika yang artinya “ walaupun berbeda – beda tetap satu jua “
Kebudayaan lama atau yang sering disebut kebudayaan asli bangsa indonesia dimana kebudayaan ini belum terjamah oleh kebudayaan asing merupakan suatu harus  tetap kita pertahankan karena ini meryupakan suatu kebanggaan atau kekayaan bangsa kita, oleh karena itu supay kebudayaan – kebudayaan asli bangsa indonesia ini tetap ada marilah kita jaga bersama, adapun cara memelihara kebudayaan asli bangsa indonesia adalah sebagai berikut :


A.    Melalui Media Massa
Media massa mempunyai tugas dan kewajiban–selain menjadi sarana dan prasarana komunikasi–untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya)–dari yang kurang menarik sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang sangat menyenangkan – tanpa ada batasan kurun waktu.
Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan dan saling membutuhkan karena masing-masing saling mempunyai kepentingan, masing-masing saling memerlukan. Media massa membutuhkan berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan media itu sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain pihak, manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Televisi sebagai media publik mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu dijelaskan lagi, kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut, juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman, sedang televisi itu selain menyajikan film juga programa yang lain seperti seni tradisional. Sesuai fungsinya, media massa (termasuk televisi), selain menghibur, ada tiga fungsi lainnya yang cukup penting. Harold Laswell dan Charles Wright (1959) membagi menjadi empat fungsi media (tiga dicetuskan oleh Laswell dan yang ke empat oleh Wright). Keempat fungsi media tersebut adalah:
- Pengawasan (Surveillance)
- Korelasi (Correlation)
- Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)
- Hiburan (Entertainment)

B.     Pementasan – Pementasan
walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita harus tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan berjalan sukses apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi. Maka cepat atau lambat, budaya tradisional kembali akan bergairah

C.     Melibatkan peran pemerintah 
Mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja .
Dan tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleh negara lain.
D.    Menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal
Dengan adanya Sekolah Selenggarakan Mata Pelajaran Muatan dan ekstrakurikuler wajib berbasis pelestarian seni budaya setempat,  dapat menimbulkan rasa cinta dan bangga memiliki kebudayaan tersebut, dengan demikian para genarasi muda dapat mengetahui kebudayaan – kebudayaan yang ada di Indonesia.








BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan  
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

3.2 Saran
Jika kita bertanya apakah yang membedakan manusia dengan hewan atau binatang secara fundamental maka jawabannya adalah bahwa manusia mampu menciptakan suatu budaya dan hidup dalam system budaya tersebut. Maka dari pada itu marilah kita selalu melesrarikan kebudayaan dan kita wariskan kebudayaan ini hingga ke anak cucu kita, apalagi mengingat Negara Indonesia adalah Negara yang sangat luas yang terdiri dari beberapa pulau yang besar dan ribuan pulau yang kecil dengan penduduk yang beraneka ragam mulai dari suku, ras, agama dan lain sebagainya yang semua itu secara tidak langsung telah memperkaya bangsa kita ini akan kebudayaan yang mungkin selama ini mulai pudar terkikis dan tertutupi oleh kebudayaan – kebudayaan asing yang selama ini kita anggap lebih maju dan lebih tren, sekali lagi penulis mengajak marilah kita lestarikan dan kita tanamkan sendi – sendi kebudayaan di dalam diri kita sehingga kita masih tetap bisa dibedakan dengan hewan atau binatang secara fundamental.







DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop
dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997


http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com/2011/04/makalah-upaya-upaya-pelestarian.html




                             


                                                                                                            
                                                                                                            



Tidak ada komentar:

Posting Komentar